- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Awalnya saya kira pembukaan asrama hanya untuk Asrama Pemberdayaan Rumah Sahabat (APRS) saja; ternyata ruangan itu ramai dengan teman-teman dari asrama lain: Asrama Rusa Muda (Rusmud) dan Asrama Salman. Saya tiba pukul 08.07 dan tidak memperhatikan berapa lama hingga acara dimulai. Yang jelas, hari itu diisi dengan sesi perkenalan keasramaan Masjid Salman ITB dan sesi wejangan yang dipisah masing-masing asrama.
Tidak terlalu banyak yang saya catat di sesi pertama. Pastinya kata sambutan dari dua pembina keasramaan mewakili jajaran pembina Masjid Salman ITBー yang tidak hanya berkecimpung di bidang keagamaan atau bertenggang di masjid, tetapi juga pakar di bidangnya masing-masing. Banyak di antara beliau beralmamater perguruan tinggi top dunia, memacu saya untuk belajar lebih tekun di bidang keilmuan saya. Yang pasti, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat dipelajari, dan keduanya untuk manfaat yang lebih besar bagi umat.
Dalam sesi pertama, seluruh penghuni asrama juga saling berkenalan. Dari Rusmud sampai APRS, dari fasilitator sampai anggota. Sudah tidak ada yang saya kenal dari Rusmud (dasar memang saya sudah swasta alias mahasiswa tingkat akhir), tapi banyak yang saya sapa kembali di Asrama Salman: adik-adik tingkat saya yang kini menjadi anggota, sampai teman-teman seangkatan yang sudah menjadi fasilitator.
Setelah foto bersama, sesi berganti dengan lokasi juga berubah. Untuk kali pertama, saya menandangi Taman Ganesha; dan kali pertama juga bertemu dengan Kang Yudia "Khamverad". Beberapa poin yang membekas di benak saya adalah, pertama, gas saja jika ada sesuatu yang ingin dilakukan sepanjang memiliki faedah dan tidak menzalimi orang lain. Kedua, jika ada sesuatu yang terasa malas dilakukan, lebih baik dilakukan dengan segera dan cepat daripada tidak sama sekaliーtapi tetap lebih baik dan benar jika dilakukan dengan khusyuk. Ketiga, berlelah-lelahlah karena lillah karena memang seyogianya muslim beristirahat di akhirat.
Keempat, ikhtiar! Tidak bisa menyelesaikan banjir hanya dengan berdoa. Namun, berkaitan dengan yang kelima, setiap amal harus dilakukan dengan ilmu. Keenam, perlu dipatri dalam hati bahwa "amal" yang dilakukan di masyarakat bukan untuk membantu mereka. Siapa kita yang bisa membantu? Justru kitalah yang butuh dibantu. Oleh karena itu, peran yang benar adalah "membangunkan" potensi mereka agar mereka dapat "membantu" diri mereka sendiri. Dalam proses tersebut, masyarakat membantu kita karena menjadikan waktu kita habis dalam kebaikan, bukan kemaksiatan. Di APRS, kita semua tolong-menolong, bantu-membantu, dan ingat-mengingatkan satu sama lain.
Akhir kata, Kang Yudia menyampaikan untuk mengamalkan yang baik dan melupakan hal yang buruk. Saya sepakat bahwa hal yang baik tidak boleh berhenti di pikiran atau catatan, tapi hal yang buruk juga tidak ditinggal begitu saja. Justru keburukan yang ada perlu diperbaiki; dan dari sana, bisa diambil pelajaran yang berarti.
Keren👍
BalasHapus❤❤
Hapusenak banget bacanya
BalasHapusTerima kasih! ^^
Hapus