- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Tugas ini ditulis untuk mata kuliah KU2061-19 Agama dan Etika Islam Zahra Annisa Fitri (15419031).
Fatimah al-Fihri adalah seorang wanita muslim pendiri Universitas Qairouan (Al-Qarawiyyin), universitas pertama di dunia yang terletak di Maroko. Kehadiran universitas ini nantinya mengubah wajah seluruh pendidikan tinggi di dunia. Universitas ini juga berpengaruh besar terhadap pendidikan di wilayah Timur Tengah dan Eropa. Tidak hanya sebagai pendiri semata, keseluruhan ide dan penentuan lokasi semua berasal dari Fatimah. Fatimah memang berasal dari kota Qairouan, atau yang di masa kini dikenal dengan Tunisia. Saat itu, Qairouan merupakan kota pertama yang menjadi pusat studi Islam di Afrika. Namun, ayahnya sekeluarga kemudian memboyong mereka ke Kota Fes.
Kemudian, saat sang ayah meninggal, Fatimah mewarisi harta yang berlimpah sebab sang ayah merupakan seorang pedagang sukses. Akan tetapi, kekayaan tersebut tidak difoya-foyakan oleh beliau, tetapi ditekadkan untuk digunakan demi membantu umat. Hasil pendidikan dari orangtuanya membuat Fatima ingin memberikan sesuatu kepada umat.
Suatu hari, saat berjalan, beliau menemukan bahwa masjid di Fes tak lagi cukup memuat umat. Tidak hanya itu, Fatima—yang menyukai ilmu pengetahuan dan ingin menyebarkan agama secara lebih baik lagi—lantas memikirkan bagaimana cara agar bisa menggabungkan antara masjid dan madrasah di satu tempat. Beliau kemudian membeli tanah yang luas dan, di atasnya, ia membangun tempat umat Islam beribadah sekaligus tempat kaum muslim sekolah.
Bersama adiknya, Mariam, mereka membangun masjid dan sekolah bagi masyarakat setempat. Mariam membangun Masjid al-Andalus, sementara Fatimah membangun Masjid al-Qarawiyyin. Kompleks tersebut kemudian dikenal sebagai masjid dan sekolah Qairouan karena dibangun di bagian Fes di mana sebagian besar pengungsi dari Qairouan, Tunisia, menetap.
Selama pembangunan masjid, Fatimah melaksanakan puasa dan berjanji tak akan berhenti hingga pembangunan masjid itu selesai. Beliau juga mengawasi langsung pembangunan masjid tanpa pernah sekalipun meninggalkan ibadah. Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa Fatimah meminta agar pembangunan masjid memakai material dari warga setempat. Batu dan pasir yang dipakai adalah material yang ia beli dari tanah yang ia miliki. Seluruh batu bata, atap, hingga lantai berasal dari tanah liat yang ada di sekitar Fes.
Awalnya, Qairouan memiliki fungsi keagamaan yang sama dengan masjid dan madrasah-madrasah lainnya, yaitu pengajaran tentang ilmu-ilmu tradisional Islam yang menjadi landasan ajaran Islam di mana pun. Tiga bidang studi utama bagi siapa saja yang sedang mempelajari ajaran Islam adalah studi ilmu tafsir al-Quran, studi ilmu hadis, dan studi ilmu fiqh.
Pada perkembangannya sekolah Qairouan juga menawarkan pelajaran non-Islam sebagai bagian dari pendidikan yang lebih luas, termasuk matematika, astronomi, astrologi, fisika, puisi, dan sastra. Inovasi ini merupakan hal yang penting bagi Qairouan untuk menjadi lebih dari sekedar sekolah keagamaan. Hal itu juga yang merupakan titik balik dalam sejarah Universitas Qairouan—dan untuk masa depan pendidikan tinggi di seluruh dunia.
Pada perkembangan lebih lanjut, pendidikan di Qairouan tidak lagi mewajibkan pelajaran agama, dalam artian nonmuslim bisa saja sekolah di situ. Mata pelajaran pendidikan tingkat tinggi sekarang secara teknis terbuka bagi siapa saja yang memiliki keinginan untuk belajar. Pada akhirnya, yang dilakukan oleh lembaga pendidikan Qairouan terbukti menjadi momen revolusioner bagi masyarakat manusia, berkembang melampaui zamannya, dan tidak terbatas pada penduduk Afrika Utara saja, tapi merambah ke kalangan Muslim Timur Tengah yang lebih luas.
Yang menarik dari Universitas Al-Qarawiyyin, selain sebagai kampus tertua di dunia, ia adalah lembaga pendidikan pertama ini menggabungkan elemen kebudayaan, agama, sains, dan pengetahuan umum dalam kurikulumnya. Banyak murid universitas ini tidak hanya dari kalangan muslim tapi juga nonmuslim. Dr. Corisande Fenwick, profesor yang fokus pada sejarah Mediterania dan abad pertengahan, menyebut bahwa Paus Silvester II (946-1003) semasa muda pernah belajar di universitas ini. Diduga saat belajar di Universitas Al-Qarawiyyin, Paus Silvester II mengembangkan minatnya pada bahasa Arab, matematika, dan astronomi. Selain Paus Silvester II, beberapa sarjana Barat seperti Nicolas Cleynaerts (1495-1542) dan Jacobus Golius (1596-1667) disebutkan pernah belajar di Universitas Al-Qarawiyyin. Cleynaerts adalah seorang Yahudi yang mempelajari bahasa Arab untuk memahami al-Qur’an.
Universitas Al-Qarawiyyin juga menjadi tempat belajar al-Hasan ibn Muhammad al-Wazzan (1494-1554), seorang diplomat yang ditangkap oleh pasukan Spanyol dan dibawa ke Roma. Saat itu pertikaian antara umat muslim dan Katolik membuatnya menjadi tawanan dan diperlakukan sebagai hamba. Saat tuannya tahu kecerdasan Muhammad al-Wazzan, ia lantas diberikan kebebasan dan tawaran untuk menjadi orang merdeka. Muhammad al-Wazzan kemudian dibaptis sebagai Leo Africanus, yang dikenal sebagai penulis buku penting Descrittione dell’Africa (Gambaran Afrika). Di kalangan muslim juga ada nama besar yang belajar di Universitas Al-Qarawiyyin, seperti matematikawan Abu al-Abbas az-Zawawi serta Ibnu Khaldun, sejarawan-cum-sosiolog muslim paling terkenal dalam sejarah Islam.
Selain universitas, Al-Qarawiyyin juga menyimpan lebih dari 4.000 buku langka yang bisa terlacak hingga tahun terbit pada abad 9. Beberapa koleksi dari perpustakaan Al-Qarawiyyin adalah Muwatta Malik, sehimpunan hadis yang disusun oleh imam Malik, yang ditulis pada kulit gazel (hewan sejenis antelop kecil yang terdapat di Afrika dan Asia). Ada juga sebuah al-Qur’an dari pemberian Sultan Ahmad Al-Mansur Al-Dhahabi, seorang penguasa Maroko, tertanggal 1602, dan salinan asli kitab Ibnu Khaldun, Kitab al-'ibar. Beberapa kitab dari Ibnu Rusyd juga disimpan di universitas ini.
Ada pun di balik berdirinya al-Qarawiyyin terdapat sosok Fatimah Al-Fihri yang seizin Allah telah menjadi cerminan seorang muslimah dengan pandangannya yang visioner, inovasinya yang brilian, serta keikhlasannya mendedikasikan harta, pikiran, dan waktu yang dimiliki untuk kebaikan umat, khususnya dalam bidang pendidikan. Terbukti Universitas Al-Qairouan yang dibangunnya berkembang dengan pesat dan merupakan Universitas pertama di dunia (859 M), dibandingkan dengan universitas lainnya. Demikianlah, Fatimah Al-Fihri telah menginspirasi muslimah yang lain untuk terus berkarya di tengah-tengah umat, dengan terus menyebarkan, mengajarkan dan mengajak kepada kebaikan Islam sehingga kebaikan yang telah ditanam akan menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir hingga hari kiamat. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Referensi
Asy-Syafi’i, N. (2020, 25 September). Fatimah Al-Fihri, Muslimah Pendiri Universitas Pertama di Dunia. Diakses dari https://www.muslimahnews.com/2020/09/25/fatimah-al-fihri-muslimah-pendiri-universitas-pertama-di-dunia/, pada 27 Oktober 2020.
Dhani, A. (2017, 18 Juni). Fatima, Muslimah yang Membangun Universitas Tertua di Dunia. Diakses dari https://tirto.id/fatima-muslimah-yang-membangun-universitas-tertua-di-dunia-cqXd, pada 27 Oktober 2020.
Gearon, E. (2016). Turning Points in Middle Eastern History. Virginia: The Great Courses chapter 10.
Komentar
Posting Komentar