- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Analisis Teknis dan Ekonomis Penerapan Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) sebagai Pembangkit Listrik untuk Gedung Vertikal
Makalah ini merupakan makalah untuk tugas akhir mata kuliah FI1202-19 Fisika Dasar IIB.
Analisis Teknis dan Ekonomis Penerapan Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) sebagai Pembangkit Listrik untuk Gedung Vertikal
Disusun olehVindriana Karunia Kantate Tambunan (19919085)Zahra Annisa Fitri (19919106)Rahma Callista Aryana (19919136)
Kelompok 12
K-09B
Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
K-09B
Institut Teknologi Bandung
Saat ini, sebagian besar sumber energi yang digunakan oleh pembangkit listrik adalah bahan bakar fosil. Padahal, bahan bakar fosil tidak terbarukan dan ketersediaannya semakin menipis. Berangkat dari permasalahan tersebut, serta melihat adanya potensi energi angin di Indonesia, makalah ini mencoba menghadirkan alternatif dalam penyuplaian energi listrik, yaitu dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga angin. Selain itu, melihat adanya isu keterbatasan lahan di perkotaan—kendati perkotaan sendiri membutuhkan suplai listrik yang besar—penulis merasa pembangkit listrik tenaga angin berjenis Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) tipe Savonius sangat kompatibel diaplikasikan. Prinsip dasar fisika yang digunakan dalam aplikasi VAWT tersebut adalah prinsip energi kinetik dan mekanik; arus, daya, dan generator listrik; rangkaian AC dan DC; serta efisiensi daya. Jenis VAWT sendiri dipilih karena memberikan keuntungan yang lebih daripada jenis HAWT, sama halnya tipe Savonius yang lebih sesuai dan menguntungkan dibanding tipe lainnya untuk kondisi perkotaan Indonesia yang memiliki banyak gedung vertikal. Selain jumlahnya yang banyak, gedung vertikal sendiri dipilih karena semakin besar ketinggian, semakin kencang angin bertiup. Setelah mengkaji intensitas kebutuhan energi di perkotaan Indonesia serta melakukan analisis teknis terhadap VAWT, dilakukan studi kasus penerapan VAWT berkapasitas 100 watt untuk gedung dua tingkat di perkotaan. Setelah itu, dilakukan analisis ekonomis dengan membandingkan kondisi saat VAWT ada dan saat tidak ada. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa VAWT kompatibel dengan gedung vertikal jika dijadikan sebagai pembangkit listrik meskipun belum dapat menjadi satu-satunya sumber energi listrik; sementara itu, secara ekonomis, VAWT memberikan keuntungan melalui penghematan biaya dan penyediaan suplai listrik pada gedung vertikal meskipun memiliki titik impas yang tidak cepat.
Kata-kata kunci: Energi listrik, energi angin, Vertical Axis Wind Turbine, daya, efisiensi.
PENDAHULUAN
Hingga akhir triwulan ketiga tahun 2019, kontribusi produksi listrik dari pembangkit batu bara masih besar, yakni sejumlah 61% dari total produksi listrik nasional. Padahal, batu bara sebagai sumber daya energi yang tidak terbarukan semakin lama akan semakin berkurang persediaannya seiring pemakaiannya yang meningkat. Hal ini dapat menimbulkan krisis energi untuk generasi mendatang. Selain itu, pembangkit listrik berbahan bakar fosil berdampak buruk terhadap lingkungan akibat limbah yang dihasilkan, misalnya gas karbon dioksida.
Padahal, energi angin di Indonesia mempunyai potensi besar untuk memecahkan masalah ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Di wilayah perkotaan, meskipun terdapat sejumlah variasi, kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3—7 m/s. Di wilayah sekitar DKI Jakarta sendiri pada Maret—April 2020, kecepatan angin rata-rata berkisar antara 2—3 m/s (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2020).
Penelitian ini memilih perkotaan sebagai lokasi turbin angin—yang menjadi generator listrik bersumber energi angin—karena energi listrik sangat dibutuhkan terutama di perkotaan yang intensitas aktivitas masyarakatnya tinggi. Sejumlah aktivitas penting negara juga dilakukan di perkotaan sehingga menuntut pasokan energi listrik yang besar. Sementara itu, kondisi luas ruang yang sangat terbatas menjadi salah satu persoalan wilayah perkotaan sehingga banyak gedung vertikal didirikan sebagai solusi. Gedung vertikal pula menghadapi tiupan angin yang semakin kencang semakin ke atas. Oleh karena itu, penelitian ini semakin menyempitkan ranah pembahasan pada aplikasi turbin angin sebagai pembangkit listrik untuk gedung vertikal yang analisisnya mencakup aspek teknis dan ekonomis.
PRINSIP DASAR
Turbin angin yang menjadi objek utama dalam makalah ini bekerja berdasarkan beberapa prinsip dasar fisika, yaitu (1) energi kinetik dan mekanik, (2) arus, daya, dan generator listrik, (3) rangkaian AC dan DC, serta (4) efisiensi daya.
Energi Kinetik dan Mekanik
Prinsip utama dari turbin angin adalah memanfaatkan angin sebagai sumber energi untuk memutar baling-baling. Kemudian, putaran baling-baling menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik. Peristiwa tersebut menunjukkan energi dihasilkan oleh perpindahan. Pada turbin angin, kecepatan angin menentukan cepat putaran baling-baling yang memengaruhi besar energi kinetik.
Menurut fisika klasik, energi kinetik yang dihasilkan oleh angin dapat dirumuskan dengan persamaan: 𝐸𝑘 = (1/2)(𝑚)(𝑣^2) dengan 𝐸𝑘 adalah energi kinetik dalam joule, 𝑚 adalah massa udara yang berembus (angin) dalam kilogram, dan 𝑣 adalah kecepatan angin dalam meter per sekon.
Arus, Daya, dan Generator Listrik
Saat baling-baling berputar, generator bekerja mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan per satuan waktu disebut daya. Pada energi listrik, terdapat arus listrik dengan jumlah tertentu yang ditentukan oleh besar daya yang dihasilkan. Semakin besar daya dan semakin rendah hambatan, semakin tinggi pula arus yang dihasilkan.
Dalam fisika klasik, rangkaian peristiwa tersebut dirumuskan dalam persamaan berikut: 𝑃 = (1/2)(𝜌)(𝐶𝑝)(𝐴)(𝑣^3) dengan 𝑃 adalah daya dalam watt, 𝜌 adalah massa jenis angin dalam kilogram per meter kubik, 𝐶𝑝 adalah koefisien efisiensi daya, 𝐴 adalah luas penampang melintang aliran dalam meter persegi, dan 𝑣 adalah kecepatan angin dalam meter per sekon.
Selain itu, hubungan antara daya dengan hambatan dan arus listrik ditunjukkan dalam persamaan berikut: 𝑃 = (𝑅)(𝐼^2) dengan 𝑅 adalah hambatan total dalam ohm dan 𝐼 adalah arus listrik dalam ampere.
Rangkaian AC dan DC
Listrik yang dihasilkan oleh generator adalah alternating current ‘AC’ atau arus bolak balik. Sementara itu, penyimpan energi pada turbin angin hanya dapat menyimpan energi dalam bentuk direct current ‘DC’ atau arus searah. Oleh karena itu, dibutuhkan penyearah (rectifier) untuk mengubah AC menjadi DC. Namun, kebanyakan alat rumah tangga menggunakan energi dalam bentuk AC sehingga dibutuhkan pula inverter, yaitu alat untuk mengubah DC menjadi AC sehingga arus dapat digunakan oleh peralatan rumah tangga.
Efisiensi Daya
Pada turbin angin yang bersumbu vertikal alias vertical axis wind turbine (VAWT), energi yang dihasilkan tidak dipengaruhi arah angin. Selain itu, torsi melawan energi angin yang dimiliki oleh VAWT juga rendah sehingga VAWT dapat bergerak dengan putaran baling-baling yang lambat. Akibatnya, meskipun kecepatan angin rendah, VAWT tetap dapat menghasilkan energi listrik.
Sekalipun energi listrik yang dihasilkan lebih rendah sebagai akibat dari putaran baling-baling yang lambat, VAWT menghasilkan daya yang lebih tinggi sehingga tingkat efisiensi VAWT juga tinggi. Hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan: 𝜂rotor = (𝐶𝑝) = (𝑃𝑡)/(1/2)(𝜌)(𝐴)(𝑣^3) dengan 𝜂rotor adalah efisiensi turbin yang bermakna sama dengan 𝐶𝑝 (koefisien efisiensi daya), 𝑃𝑡 adalah daya yang dihasilkan turbin dalam watt, 𝜌 adalah massa jenis angin dalam kilogram per meter kubik, 𝐴 adalah luas penampang melintang aliran dalam meter persegi, dan 𝑣 adalah kecepatan angin dalam meter per sekon.
Selain itu, dengan kecepatan putaran yang kecil, nilai tipspeed ratio VAWT cenderung kecil. Artinya, tingkat kebisingannya rendah. Hal ini sangat penting di perkotaan yang sudah cukup dipenuhi polusi suara. Peristiwa ini dapat diukur menggunakan persamaan: 𝜆 = (𝜔)(𝑅)/(𝑣) dengan 𝜆 adalah tipspeed ratio (TSR), 𝜔 adalah kecepatan sudut dari baling-baling, 𝑅 adalah jari-jari baling-baling, dan 𝑣 adalah kecepatan angin dalam meter per sekon.
APLIKASI VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT)
Turbin Angin dan Variannya
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk memutar generator dan menghasilkan energi listrik. Turbin angin memanfaatkan prinsip konversi energi menggunakan sumber daya angin. Salah satu komponen utamanya adalah bilah sudu yang jumlahnya dapat bervariasi, yang didesain menyerupai pesawat terbang. Saat angin melalui bilah tersebut, udara bertekanan rendah muncul di bagian bawah sudu. Tekanan udara yang rendah menarik sudu bergerak ke area tersebut. Gaya yang ditimbulkan dinamakan lift ‘gaya angkat’. Besarnya gaya angkat biasanya lebih kuat daripada tekanan pada sisi depan bilah, atau yang biasa disebut drag ‘gaya tarik/dorong’. Kombinasi antara lift dan drag mengakibatkan rotor berputar seperti propeler sehingga generator ikut berputar.
Turbin angin dibedakan berdasarkan jenis sumbunya: horizontal (HAWT) dan vertikal (VAWT). HAWT merupakan turbin angin dengan sumbu putar yang sejajar dengan tanah, sementara VAWT merupakan turbin angin dengan sumbu putar yang tegak lurus/vertikal dengan tanah (Arwoko, 1999).
Pada HAWT, turbin harus diarahkan pada posisi berlawanan dengan arah angin. Jika kondisi arah angin
bervariasi, putaran baling-baling tidak akan efektif. Kendati HAWT banyak digunakan, VAWT menjadi
alternatif dengan beberapa kelebihan dibanding HAWT sebagai berikut:
• Memiliki self-starting yang baik sehingga mampu memutar rotor walaupun kecepatan angin rendah—
dapat digerakkan oleh angin berkecepatan 1,5—3 m/s;
• Polusi suara berkisar 0 s.d. 10 desibel—enam kali lebih rendah dari HAWT—karena perputaran
propeler yang lebih lambat;
• Tidak dipengaruhi oleh arah angin sehingga tetap dapat berputar secara efektif di daerah dengan arah
angin yang bervariasi;
• Cenderung lebih efisien dengan selisih besar efisiensi mencapai 20%;
• Bilahnya yang berbentuk vertikal lebih mudah dirawat; dan
• Luas penampang dari penyangganya cenderung kecil sehingga tidak menghabiskan banyak ruang.
VAWT, sekalipun dipasang pada lokasi yang tinggi seperti pada atap gedung vertikal, memiliki tingkat ketahanan yang tinggi, bahkan mampu menahan taifun tingkat 12—14. VAWT juga tidak menyebabkan inteferensi elektromegnetik sehingga tidak akan menimbulkan masalah pada peralatan elektronik di sekitarnya. Sifat inilah yang membuat VAWT semakin aplikatif jika ingin digunakan di daerah perkotaan, apalagi sebagai pembangkit listrik untuk gedung vertikal.
Varian Vertical Axis Wind Turbine
Ada berbagai tipe VAWT. Dua di antaranya adalah tipe Darrieus dan Savonius. Tipe Darrieus bekerja akibat gaya angkat, sementara tipe Savonius digerakkan oleh gaya dorong. Selain itu, tipe Darrieus memiliki efisiensi keseluruhan yang tinggi, tetapi torsi awalnya juga tinggi; sebaliknya, tipe Savonius mempunyai torsi awal yang rendah, tetapi berdampak pada efisiensinya yang lebih rendah disbanding tipe Darrieus.
Cara Kerja VAWT Tipe Savonius
Meskipun diklasifikasikan pada beberapa jenis dan/atau tipe, pada umumnya turbin angin memiliki cara kerja yang serupa. Angin yang berembus memiliki energi angin, kemudian energi angin menghasilkan energi kinetik angin. Energi kinetik tersebut menyebabkan baling-baling berputar, lalu putaran baling-baling menyebabkan rotor turbin bergerak, dan energi listrik dihasilkan—biasanya disimpan terlebih dahulu dalam akumulator. Lebih detailnya, berikut adalah cara kerja dari VAWT tipe Savonius.
Pertama, energi kinetik angin mendorong penampang sudu-sudu turbin sehingga berputar. Kemudian, momen inersia turbin dihasilkan sehingga poros turbin bergerak. Pulley pada poros ikut berputar, menyebabkan belt pada pulley ikut berputar sehingga pulley pada alternator berputar. Rotor yang terdapat pada poros alternator juga berputar sehingga membangkitkan medan magnet yang kuat, mengakibatkan terbentuknya energi listrik dengan tegangan.
Umumnya terdapat besar tegangan maksimal pada kuat arus listrik yang bervariasi. Apabila putaran poros alternator sangat kencang dan menghasilkan tegangan listrik keluaran yang besar, regulator akan mengontrol tegangan keluaran alternator tersebut agar tetap pada batas maksimum. Namun, karena kecepatan angin tidak selalu kencang, diberi penyimpan energi listrik atau accu ‘akumulator’ dengan tegangan sebesar tegangan maksimum agar kebutuhan energi listrik tidak terganggu.
Sementara itu, energi kinetik yang dimiliki oleh angin yang bergerak pada kecepatan tertentu bisa diserap oleh bilah-bilah turbin angin. Transformasi dari energi kinetik tersebut menghasilkan daya pada poros turbin angin.
ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN VAWT
Hipotesis penulis sebelum melakukan analisis adalah (1) secara teknis, VAWT kompatibel dengan gedung vertikal jika dijadikan sebagai pembangkit listrik dan (2) secara ekonomis, VAWT memberikan keuntungan melalui penghematan biaya dan penyediaan suplai listrik pada gedung vertikal.
Kebutuhan Energi Listrik dalam Satu Gedung Vertikal
Untuk menyatakan besar pemakaian energi listrik pada suatu bangunan, digunakan istilah Intensitas Konsumsi Energi (IKE). IKE dihitung dalam satuan kilowatt∙hour per meter persegi (kWh/m2 ). Menurut perhitungan kasar—dengan nilai simpangan yang cukup besar—rata-rata nilai IKE di Indonesia dapat dibulatkan menjadi 300 kWh/m2 per tahun atau 25 kWh/m2 per bulan. Sementara itu, luas bangunan gedung-gedung tinggi di Jakarta cukup bervariasi—20.000 s.d. 50.000 m2.
Dapat diperkirakan besar daya yang dibutuhkan berkisar 500.000 s.d. 1.250.000 kWh per bulan, bahkan lebih. Hal ini cukup rasional jika dibandingkan dengan data yang diperoleh dari penelitian mengenai kebutuhan dan penggunaan energi Hotel Yusro Jombang oleh Pramuditya, R. pada tahun 2012 yang mencapai 59.000 kWh per bulan. Padahal, bangunan tersebut hanya memiliki tiga tingkat, jauh berbeda dengan gedung-gedung tinggi di perkotaan, khususnya Jakarta, yang mencapai belasan hingga puluhan tingkat. Selain itu, penelitian mengenai penggunaan energi hotel tersebut hanya menimbang tiga aspek: penghawaan, sistem transportasi vertikal, dan pencahayaan; berbeda dengan nilai IKE yang menimbang berbagai macam aspek secara komprehensif. Terlebih, ragam aktivitas di gedung tinggi perkotaan umumnya lebih kompleks serta menggunakan lebih banyak alat elektronik.
Kecepatan Angin
Terdapat variasi kecepatan angin di Indonesia. Di wilayah perkotaan, meskipun terdapat sejumlah variasi juga, kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3—7 m/s. Di wilayah sekitar DKI Jakarta sendiri pada Maret— April 2020, kecepatan angin rata-rata berkisar antara 2—3 m/s (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2020).
Pemilihan VAWT
Di antara beberapa jenis tipe VAWT, tipe Savonius adalah tipe yang paling memungkinkan untuk daerah dengan kecepatan angin yang rendah. Tipe ini memiliki starting torque yang tinggi sehingga turbin tipe ini tidak hanya mampu berputar, tetapi juga menghasilkan daya pada kecepatan angin rendah. Tipe Savonius memiliki cut-in speed yang rendah dan dapat beroperasi pada kecepatan 2,5 m/s, sesuai dengan kondisi lapangan di perkotaan Indonesia, khususnya DKI Jakarta.
Perancangan VAWT
Dalam perancangan sebuah turbin angin, ada beberapa parameter yang menjadi acuan dalam melakukan perancangan, yaitu:
- Kecepatan angin rata-rata di lokasi;
- Daya keluaran turbin;
- Aspect ratio, yaitu perbandingan antara tinggi rotor dengan diameter rotor. Berdasarkan beberapa penelitian, rasio tinggi dan diameter rotor agar performa tipe Savonius bagus adalah 2. Penelitian yang lain juga menyebutkan nilai aspect ratio yang baik sekitar 4;
- Overlap ratio, merupakan jarak overlap antara dua sudu terhadap diameter sudu rotor. Sistem bekerja paling efisien ketika overlap ratio bernilai 15%. Ada pula penelitian lain yang menyebut performa terbaik turbin juga bisa diraih ketika overlap ratio bernilai 10—15% maupun 20—30%; dan
- Diameter dan tinggi rotor turbin, yang ditentukan menggunakan nilai luas sapuan rotor yang dibutuhkan turbin, dan dirumuskan dalam persamaan 𝐴 = 𝐻 × 𝐷.
• Luas sapuan (A) : 1,7 m2;
• Diameter turbin (D) : 0,92 m;
• Tinggi turbin (H) : 1,85 m;
• Diameter end plates (Df) : 1,012 m;
• Diameter sudu (d) : 0,51 m;
• Overlap (e) : 0,98 m;
• Putaran yang dihasilkan (N) : 140 rpm;
• Diameter shaft (dp) : 0,02 m; dan
• Panjang shaft (l) : 2,00 m.
Analisis Ekonomis
Menggunakan persamaan oleh National Wind Watch, satu unit VAWT berkapasitas 100 watt—dalam satu bulan—dapat menghasilkan daya sebesar 100 𝑤𝑎𝑡𝑡 × 30 ℎ𝑎𝑟𝑖 × 24 𝑗𝑎𝑚 × 2,7% ≈ 2 𝑘𝑊ℎ dengan koefisien daya senilai 2,7% diperoleh dari data penelitian menggunakan VAWT sejenis oleh Arif, I. pada tahun 2019.
Karena unit tersebut dimaksudkan untuk membantu suplai listrik gedung hotel dua lantai, mengacu pada data suplai listrik gedung hotel tiga lantai, besar daya yang dibutuhkan adalah kurang lebih 40.000 kWH. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan—dengan asumsi tarif listrik adalah Rp1.500,00 per kWh—adalah Rp60.000.000,00.
Menurut situs jual-beli dalam jaringan pada 22 April 2020, satu unit VAWT berkapasitas 100 watt dihargai Rp3.000.000,00. Jika dialokasikan dana sebesar Rp30.000.000,00 untuk investasi 10 unit VAWT setiap bulan, pada tahun ke-6, gedung sudah dapat menyuplai kebutuhan listriknya sendiri. Sementara itu, investasi senilai Rp1.950.000.000,00 untuk pengadaan VAWT akan mencapai titik kembali modal (break even point) pada tahun ke-7 sehingga biaya yang dikeluarkan untuk ke depannya hanya biaya perawatan VAWT.
Realitasnya, kapasitas turbin angin yang digunakan dalam skala besar tidak mungkin sekecil 100 watt. Kapasitas yang digunakan bisa saja 300, bahkan 600 watt, sehingga daya yang dihasilkan akan lebih besar dan mempercepat terjadinya break even point atau titik impas.
Bahkan, untuk gedung vertikal yang berukuran raksasa yang banyak dijumpai di perkotaan, bukan tidak
mungkin digunakan VAWT dengan kapasitas yang jauh lebih besar. Misalnya, 2000 watt. Tidak dapat
dipungkiri bahwa modal yang dikeluarkan di awal akan sangat besar, tetapi akan sangat setimpal dengan
keuntungan yang akan diperoleh, yaitu:
• Secara signifikan mengurangi ketergantungan dengan bahan bakar fosil yang persediaannya terbatas,
tidak terbarukan, serta berpotensi mencemari lingkungan;
• Intensitas polusi suara rendah;
• Biaya yang dikeluarkan hanya untuk perawatan unit sebab energi angin cenderung tidak membutuhkan
biaya untuk diperoleh;
• Biaya untuk perawatan unit cenderung lebih murah karena bilahnya yang berbentuk vertikal dan luas
penampang penyangganya yang kecil;
• Tidak memakan area yang terlampau luas karena bentuknya yang vertikal serta peletakannya di gedung
vertikal—bisa jadi, turbin sendiri tidak diletakkan di permukaan tanah; dan
• Jika sumber energi terletak dekat dengan area tujuan energi dipasok, efisiensi akan meningkat karena
hanya sedikit energi yang “habis di jalan”.
Dengan demikian, penerapan vertical axis wind turbine (VAWT) sebagai pembangkit listrik untuk gedung vertikal di perkotaan perlu dipertimbangkan oleh Pemerintah agar secara perlahan menggeser sumber energi listrik yang awalnya dari bahan bakar tidak terbarukan menjadi sumber yang terbarukan, salah satunya energi angin.
KESIMPULAN
Secara teknis, VAWT kompatibel dengan gedung vertikal jika dijadikan sebagai pembangkit listrik meskipun dalam waktu dekat belum bisa menjadi satu-satunya sumber energi listrik; sementara secara ekonomis, VAWT memberikan keuntungan melalui penghematan biaya dan penyediaan suplai listrik pada gedung vertikal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aji, R. B. (2019). Unjuk Kerja Model Turbin Angin Kombinasi Tipe Savonius dan Giromill Berpenampang Lintang NACA 0024 dengan Panjang Chord 18 cm Untuk Tiga Variasi Diameter;2. Arif, I. (2019). Analisis dan Pengujian Kinerja Turbin Angin Savonius 4 Sudu. Jurnal Teknik Mesin ITI, 3(2), 46-52; 3. Aryanto, F., Mara, M., & Nuarsa, M. (2013). Pengaruh Kecepatan Angin dan Variasi Jumlah Sudu terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Poros Horizontal. Dinamika Teknik Mesin, 3(1); 4. Bagar, K. H., Wicaksono, W., Rohmadin, N. A., Prasetyawan, A., & Rahman, A. (2013, December). Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Inovasi Turbin Heliks Vertikal untuk Kemandirian Energi Sekolah Daerah Pesisir. In Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Program Kreativitas MahasiswaTeknologi 2013. Indonesian Ministry of Research, Technology and Higher Education; 5. Banjarnahor, D. (2019). Dari 58 Ribu MW, 61% Pembangkit Listrik RI Masih Batu Bara, (online), (diakses dari CNBC Indonesia, 22 April 2020); 6. Belo, T. D. C. (2016). Analisa Kebutuhan Daya Listrik di Gedung Perkuliahan 10 Lantai Universitas Pakuan Bogor. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Elektro, 1(1); 7. Febrielviyanti, F., Ginting, M., & Zulkarnain, Z. (2015). Konversi Energi Angin Menjadi Energi Listrik dalam Skala Laboratorium (Doctoral dissertation, Riau University); 8. Gultom, J. F. (2019). Perhitungan Daya Keluaran Generator Sinkron Magnet Permanen Berdasarkan Luas Blade Turbin Angin Sumbu Vertikal (Studi Kasus: Kota Medan); 9. Harjanto, N. T. (2016). Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil dan Prospek PLTN sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. PIN Pengelolaan Instalasi Nuklir, 1(01); 10. Hasan, O. D. S., Hantoro, R., & Nugroho, G. (2013). Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu. Jurnal Teknik ITS, 2(2), B350-B355; 11. Hatta, M., & Martin, A. (2017). Perancangan Bilah Tipe Inverse Taper pada Turbin Angin Berdasarkan Kondisi Angin di Pekanbaru (Doctoral dissertation, Riau University); 12. Li, Y. (2019). Straight-Bladed Vertical Axis Wind Turbines: History, Performance, and Applications. In Rotating Machinery. IntechOpen; 13. Nakhoda, Y. I., & Saleh, C. (2017). Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sumbu Vertikal untuk Penerangan Rumah Tangga di Daerah Pesisir Pantai. Industri Inovatif: Jurnal Teknik Industri, 7(1), 20-28; 14. Novianto. (2014). Vertical Axis Turbine sebagai Alternatif Green Electricity pada Gedung Pencakar Langit, (online), (diakses dari ugmmagatrika, 21 April 2020); 15. Pangestu, R. (2017). Turbin Angin Vertikal Savonius Bertingkat Membentuk Helix; 16. Pramuditya, R., Putri, Y. E., & Nurcahyo, C. B. (2012). Analisa Perbandingan Biaya Kebutuhan Dan Penggunaan Energi Hotel Yusro Jombang. Jurnal Teknik ITS, 1(1), D63-D66; 17. Riskiyanto, S., Tjahjana, D. D. D. P., & Budiana, E. P. (2015). Perancangan Turbin Angin Tipe Savonius Dua Tingkat Dengan Kapasitas 100 Watt Untuk Gedung Syariah Hotel Solo. Mekanika, 14(1); 18. Sitorus, B. D. P., Santosa, A. W. B., & Rindo, G. (2015). Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunaan Wind Turbine dan Solar Cell pada Kapal Perikanan. Jurnal Teknik Perkapalan, 3(1); 19. Sumiati, R., Amri, K., & Hanif, H. (2014). Rancang Bangun Micro Turbin Angin Pembangkit Listrik untuk Rumah Tinggal di Daerah Kecepatan Angin Rendah. Prosiding Semnastek, 1(1); 20. Suseno, M. (2011). Pengaruh Variasi Panjang Sudu Jenis Airfoil Terhadap Unjuk Kerja pada Turbin Angin Darrieus Tipe H (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya); 21. Tanti, N. (2011). Pembuatan Program Perancangan Turbin Savonius Tipe-U Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin. MECHANICAL, 2(1); 22. Winarto, F. E. W., & Sugiyanto, S. (2014). Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Hybrid antara Savonius dan Darrieus Sebagai Alternatif Pembangkitan Listrik Tenaga Angin di Indonesia. LAMPIRAN: LOGBOOK
Komentar
Posting Komentar