- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Salah satu resolusi 2021 saya adalah rutin belajar bahasa Jepang secara otodidak. Acuannya sejauh ini Udemy, tetapi sejujurnya saya tidak punya modal yang besar sehingga saya mengandalkan preview-nya untuk melihat list kosakata dan tata bahasanya (kalau ada yang ingin mensponsori perjuangan saya belajar bahasa Jepang, boleh banget :D)
Kemudian, saya menemukan pelajaran berjudul "Omission of the subject" yang sayangnya tidak menyediakan preview. Akhirnya, saya mencari artikel pendukung di internet dan menemukan ini: Omissions in Japanese.
Karena menurut saya sangat menarik, penjelasannya juga sederhana dan cukup komprehensif, akhirnya saya bermaksud menerjemahkannya (dengan penyesuaian). Toh, cara mengikat ilmu adalah dengan menulis, kan?
Yah, anggap saja mengetik termasuk menulis.
•
•
Kalimat di bahasa Jepang biasanya menghilangkan subjek "私" (watashi/saya) atau "あなた" (anata/kamu). Ini termasuk dalam omission of subjects atau pelesapan/penghilangan subjek. Dihilangkan pun, toh biasanya saat mengobrol, kita tahu kan siapa yang sedang dibicarakan meskipun subjeknya tidak disebutkan?
Misalnya, saat menanyakan apa yang sedang kamu lakukan, biasanya pertanyaannya cukup "何をしているんですか。" (nani o shite iru n desu ka?) tanpa ada subjek di dalamnya. (Nani = "apa", shite iru = "sedang melakukan", desu ka = bentuk pertanyaan). Sebenarnya di bahasa Indonesia juga sama, kan, bisa dengan cukup bertanya, "Eh, lagi apa?"
Bukan hanya subjek, predikat dan (sebagian) objek juga biasa dihilangkan. Contohnya adalah 2 kalimat ini:
- 私はコーヒー。(watashi wa koohii.)
- 日本は長いんですか。(nihon wa nagai n desu ka?)
Secara harfiah, "私はコーヒー。" berarti "saya adalah kopi" yang kesannya tidak masuk akal. Akan tetapi, jika seseorang berkata "私はビール" di restoran, orang-orang mengerti bahwa yang dia maksud adalah "saya (pesan) kopi" karena memang kalimat tersebut menyiratkan kalimat
"私はコーヒーにします。"
(Watashi wa koohi ni shimasu.)
tapi predikat "shimasu" yang berarti "memilih" dihilangkan.
Secara harfiah, "日本は長いんですか。" berarti "Is Japan long?" Yaa, Jepang memang long, sih, dari utara sampai selatan, tapi maksud pertanyaannya adalah "Have you been in Japan long?" alias "Kamu udah lama tinggal di Jepang?" Versi lengkap dari kalimat tersebut adalah
"あなたが日本にいるの時間は長いですか。"
(Anata ga Nihon ni iru no jikan wa nagai n desu ka?)
dengan "iru no jikan" berarti "waktu/lama/durasi tinggal".
Tapi sebenarnya jika dipikir kembali, di Indonesia juga sama, kan. Misalnya, saat janji bertemu dengan seseorang, kemudian saat kita sampai, orang tersebut sudah tiba dan kita bertanya, "Udah lama?" Tanpa perlu tahu subjek dan predikatnya, lawan bicara sudah paham kalau pertanyaan yang dimaksud adalah "Kamu udah lama nunggunya?"
Sejujurnya setelah membaca artikel ini, saya jadi berpikir ulang tentang bagaimana belajar bahasa Jepang, atau bahasa asing apapun, yang baik. Nomor satunya tentu mencemplungkan diri di lingkungan yang menggunakan bahasa tersebut. Tapi, jika situasi tersebut terlalu sulit untuk dicapai, sepertinya belajar kosakata dan tata bahasa saja tidak cukup. Saya juga perlu mengetahui bagaimana kosakata dan tata bahasa itu digunakan,
dan tentu saja bagaimana kosakata dan tata bahasa itu "lazim" digunakan.
Ini sedikit out of topic, sih, tapi berkaitan dengan kelaziman, saya pernah berdialektika seperti ini.
"Apa sinonimnya 'indah'?"
"Cantik? Elok?"
"Tapi, biasanya orang Indonesia bilang 'mimpi indah', kan, bukan 'mimpi cantik' atau 'mimpi elok'?"
Ya, begitulah. Semoga bermanfaat dan semangat belajar untuk kita semua!
Komentar
Posting Komentar