- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Saya masih ingat bagaimana saya turut berbangga saat teman-teman saya sukses unjuk gigi di Tiongkok sebagai perwakilan dari Medan. Saat itu, saya masih belum tahu mengapa penampilan tersebut dilakukan di Chengdu. Saya berpikir, mengapa tidak sekalian saja di Beijing selaku ibukota negara?
Barulah akhir-akhir ini saya mengetahui bahwa Kota Chengdu adalah sister city dari Kota Medan. Performa teman-teman saya itu pun dilakukan untuk kegiatan 2016 Chengdu International Sister Cities Youth Music, bukan kegiatan pertukaran pelajar biasa seperti yang saya kira.
Saya mulai merasa kepo. Beberapa literatur saya lahap untuk menemukan definisi bahwa sister city ‘kota kembar’ adalah konsep penggandengan dua kota untuk menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antarpenduduk. Umumnya, kota tersebut terletak di negara yang berbeda. Salah satu contohnya adalah Medan dan Chengdu.
Saya semakin kepo dan mencoba makan lebih banyak lagi. Lantas saya menyadari bahwa sister city ini tidak hanya bisa didefinisikan sebagai kota “kembar” atau “twin” cities. Sister city bisa juga dimaknai sebagai triplets, quadruplets, bahkan quintuplets cities! Medan, misalnya, memiliki empat “saudara kembar”, yaitu Chengdu, Gwangju, George Town, dan Ichikawa.
Karena saya ̶s̶e̶o̶r̶a̶n̶g̶ ̶w̶i̶b̶u̶ menaruh perhatian lebih terhadap Jepang, saya meninjau lebih jauh hubungan antara Medan dan Ichikawa. Ternyata, hubungan antara Medan dan Ichikawa sudah berlangsung cukup lama, bahkan anniversary-nya yang ke-30 sudah dirayakan pada 2019 silam.
Ichikawa sendiri adalah salah satu kota industri di Jepang, yang memiliki spesialisasi di bidang pengelolaan perikanan dan pertanian. Ichikawa juga terkenal dengan pengolahan energi airnya yang tidak menggunakan listrik ataupun tenaga penggerak motor. Dengan kelebihan-kelebihan itu, kerja sama antara Medan dan Ichikawa dinilai mampu membantu pengembangan Medan menjadi kota agrobisnis dan agroindustri.
Medan memang memiliki agroindustri yang cukup berkembang. Selain itu, Medan merupakan pusat aktivitas perekonomian dan perdagangan di Sumatra Utara dengan basis daerah pertanian. Sebuah kajian juga menyatakan pembangunan kawasan agropolitan, khususnya di Sumatra Utara, memberi solusi ideal untuk mengatasi ketimpangan antara desa dan kota sekaligus menjamin ketahanan pangan.
Terdapat banyak variabel yang dapat memengaruhi pertumbuhan agroindustri. Salah satunya adalah variabel jumlah tenaga kerja di sektor agroindustri yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan sektor agroindustri, khususnya di Kota Medan.
Sayangnya, jumlah tenaga kerja usia muda Indonesia di sektor pertanian cenderung menurun. Sejumlah faktor menjadi penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda Indonesia di sektor pertanian. Di antaranya adalah citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, berisiko tinggi, dan kurang memberi jaminan kualitas pendapatan yang baik.
Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan. Perlu dilakukan beberapa strategi, seperti mengembangkan pertanian modern, mengadakan pelatihan dan pemberdayaan petani muda, hingga memberikan insentif khusus bagi mereka. Namun, yang paling utama adalah mengubah persepsi generasi muda bahwa sektor pertanian adalah sektor yang menarik dan menjanjikan. Akan tetapi, untuk mewujudkan daya tarik sektor pertanian, dibutuhkan pengelolaan yang tekun dan sungguh-sungguh.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pemerintah memegang peran besar dalam penyelenggaraan pengelolaan tersebut. Mirisnya, belum ada konsep yang jelas oleh Pemerintah untuk menumbuhkembangkan sektor pertanian, terutama di Sumatra Utara dan Medan. Lain halnya dengan Pemerintah Kota Ichikawa yang menyatakan dengan jelas dalam kebijakannya bahwa sektor pertanian adalah salah satu sektor yang di-highlight atau disoroti.. Selain itu, Pemerintah Kota Ichikawa juga berkomitmen meningkatkan daya hidup sektor pertanian dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungannya.
Setiap kota memang memiliki potensi dan kekhasannya masing-masing. Namun, Medan patut berkaca bahkan berguru pada kesungguhan Ichikawa dalam membangun wilayahnya, khususnya dalam sektor pertanian yang mencakup agrobisnis dan agroindustri. Jika pembangunan benar-benar diseriusi dan digarap, Medan sebagai kota agrobisnis dan agroindustri tidak hanya memberi keuntungan pada dirinya sendiri, tetapi juga pada kota-kota tetangga seperti Binjai dan Deli Serdang. Cara ini efektif untuk mengatasi ketimpangan pembangunan wilayah. Pembangunan tersebut juga menciptakan sinergi dalam pengembangan agrobisnis dan agroindustri komoditas unggulan. Dengan demikian, kawasan tersebut mampu bersaing dalam kancah internasional, baik dari sistem produksi maupun komoditas hasil agrobisnis dan agroindustri.
Akhir kata, sejujurnya — dengan polosnya — saya sebagai mahasiswa (baru) jurusan planologi merasa tidak mau kalah dari rekan-rekan jurusan pertanian dalam membangun kota tempat saya dibesarkan. Namun, saya menyadari bahwa pembangunan sebuah wilayah bukanlah sebuah kompetisi. Sebaliknya, sebagaimana Medan dan Ichikawa dengan sejumlah perbedaannya tetap dapat bersaudara dan bekerja sama, saya beserta rekan-rekan saya nanti juga akan berkolaborasi demi mewujudkan Medan menjadi kota agrobisnis dan agroindustri sebagai bakti kami pada negeri.
Ditulis untuk memenuhi tugas Orientasi Studi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITB 2019. Telah dipublikasikan di Medium.
Referensi
[1] Ichikawa City Planning Department Planning Division. (2017). Ichikawa City Second Basic Plan, Third Implementation Plan, Year 2017~2019.
[2] Juraidi. (2013). Konjen Jepang Apresiasi Kota Kembar Medan-Ichikawa, diakses dari https://sumut.antaranews.com/berita/125408/konjen-jepang-apresiasi-kota-kembar-medan-ichikawa, pada 3 Agustus 2020.
[3] Lubis, R. A. Perencanaan Dan Pengembangan Fungsi Kota-Kota pada Kawasan Tertentu Medan Sekitarnya (Metropolitan Mebidang Area). Universitas Sumatera Utara.
[4] Manullang, Y., & Edzgar, R. (2014). Urgensi Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kerja Sama Sister City Di Indonesia. Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum, 1(1).
[5] Nishiyama, M. (2010). Can Citizen Farming Change Agriculture and Rural Community? A Case Study in an Urban Neighborhood in Japan. Asian Rural Sociology IV, 297.
[6] Putra, H. D. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Agroindustri di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara.
[7] Simamora, E. (2016). Pengembangan Sektor Pertanian Sumut Belum Merata, diakses dari https://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/06/23/241896/pengembangan-sektor-pertanian-sumut-belum-merata, pada 3 Agustus 2020.
[8] Sirait, B. (2006). Pembangunan Agropolitan dan Agroindustri di Sumatera Utara. Jurnal Sistem Teknik Industri, 7(4), 61.
[9] Susilowati, S. H. (2019). Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Komentar
Posting Komentar