- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Nggak susah, nggak ribet, asli. Apalagi kalau udah baca buku panduan checklist kelengkapan berkas. Cuma gitu. Teori yang dibaca memang ngebantu. Banget, malah. Tapi tetap aja ada hal-hal yang nggak tercantum di situ--yang menurut saya--hanya bisa saya tahu setelah saya ngerasain sendiri gimana rasanya ngelengkapin berkas di konsulat.
Kemarin, hari Jumat, saya ngurus visa Schengen di Konsul Kehormatan Republik Federal Jerman, Medan, SETELAH membuat janji dengan Konsulat kapan mau buat visanya. Membuat janjinya, bisa melalui telepon, internet, atau datang langsung ke Konsulat.
Hari Selasa, atau tiga hari sebelumnya, sempat tuh beberapa kali saya telepon nggak diangkat. Saya nelepon jam setengah tiga sore, sementara jam kerja mereka untuk mengurus visa (pemberitahuannya tertempel di dinding Konsulat) jam 09.00 s.d. 12.00 tok. Kalau di internet, ada tambahan jam 14.00 s.d. 15.00 yang mengecoh saya. Ternyata nggak bener, soalnya saya lihat pas udah datang ke Konsulat, setiap kali ada telepon pasti langsung diangkat. Selama di antara jam 09.00 s.d. 12.00 itu ya. Makanya kesimpulan saya, telepon saya nggak diangkat karena udah di luar jam kerja.
Saya juga udah coba ngejadwalin kedatangan via website. Eh tapii saya lihat kok jadwalnya terbatas ya. Malah nggak ada pilihan di bulan Mei dan Juni, adanya di bulan Juli. Rencana saya berangkat aja akhir Juni, gimana dong ;-; Saya nggak tahu ini sistem website-nya belum sempurna atau bagaimana, yang jelas saya belum berhasil mereservasi via website.
Ya udah, besoknya atau hari Rabu, saya samperin ke Konsulat yang letaknya pas di depan Klinik Kecantikan dr. Effendi. Pagarnya dikunci, harus jelasin dulu sama satpam mau ngapain sebelum dibukain itu gembok. Jelasinnya nggak muluk-muluk atau menegangkan. Satpamnya baik. Setelah dikasih masuk, ngisi buku tamu, dapat nomor antrean, duduk wae sampai nomor dipanggil.
Sebenernya kalau bisa, berharapnya Rabu itu udah selesai segala macam urusan. Tapi karena berkas kurang lengkap, nggak bisa dong. Akhirnya berkas yang udah bisa diserahkan disimpan dulu sama petugas, terus buat janji (secara lisan) kalau saya akan datang lagi hari Jumat (alias dua hari setelahnya, alias kemarin sewaktu saya nulis artikel ini) untuk ngelengkapi semua berkas, sekalian rekam sidik jari dan pembayaran biaya pembuatan visa.
.
.
Kemarin, hari Jumat, saya ngurus visa Schengen di Konsul Kehormatan Republik Federal Jerman, Medan, SETELAH membuat janji dengan Konsulat kapan mau buat visanya. Membuat janjinya, bisa melalui telepon, internet, atau datang langsung ke Konsulat.
Hari Selasa, atau tiga hari sebelumnya, sempat tuh beberapa kali saya telepon nggak diangkat. Saya nelepon jam setengah tiga sore, sementara jam kerja mereka untuk mengurus visa (pemberitahuannya tertempel di dinding Konsulat) jam 09.00 s.d. 12.00 tok. Kalau di internet, ada tambahan jam 14.00 s.d. 15.00 yang mengecoh saya. Ternyata nggak bener, soalnya saya lihat pas udah datang ke Konsulat, setiap kali ada telepon pasti langsung diangkat. Selama di antara jam 09.00 s.d. 12.00 itu ya. Makanya kesimpulan saya, telepon saya nggak diangkat karena udah di luar jam kerja.
Saya juga udah coba ngejadwalin kedatangan via website. Eh tapii saya lihat kok jadwalnya terbatas ya. Malah nggak ada pilihan di bulan Mei dan Juni, adanya di bulan Juli. Rencana saya berangkat aja akhir Juni, gimana dong ;-; Saya nggak tahu ini sistem website-nya belum sempurna atau bagaimana, yang jelas saya belum berhasil mereservasi via website.
Ya udah, besoknya atau hari Rabu, saya samperin ke Konsulat yang letaknya pas di depan Klinik Kecantikan dr. Effendi. Pagarnya dikunci, harus jelasin dulu sama satpam mau ngapain sebelum dibukain itu gembok. Jelasinnya nggak muluk-muluk atau menegangkan. Satpamnya baik. Setelah dikasih masuk, ngisi buku tamu, dapat nomor antrean, duduk wae sampai nomor dipanggil.
Sebenernya kalau bisa, berharapnya Rabu itu udah selesai segala macam urusan. Tapi karena berkas kurang lengkap, nggak bisa dong. Akhirnya berkas yang udah bisa diserahkan disimpan dulu sama petugas, terus buat janji (secara lisan) kalau saya akan datang lagi hari Jumat (alias dua hari setelahnya, alias kemarin sewaktu saya nulis artikel ini) untuk ngelengkapi semua berkas, sekalian rekam sidik jari dan pembayaran biaya pembuatan visa.
Supaya berkas lengkap dan nggak kurang satu pun, saya buat daftar kayak gini. Awalnya berkasnya saya kumpulkan di map yang isinya beberapa plastik (kayak menu restoran atau rapor gitu, satu plastik satu atau dua berkas). Setiap berkas saya tempel notes berwarna, isinya nomor berkas, nama berkas, dan keterangan berkas kalau perlu (misal: kurang tanda tangan, kurang pasfoto, ada 2 rangkap fotokopi, dsb.)
Setelah semua berkas lengkap, saya pindahkan ke map biasa. Semua berkas disatukan karena penyerahan berkas pun dilakukan sekaligus. Baru deh di dalam ruangan (yang kelihatan sedikit dari luar) petugasnya memeriksa satu per satu bundel berkas kita.
Daftar berkas itu gabungan dari dua sumber. Satu, dari buku panduan checklist kelengkapan berkas yang link-nya ada di atas. Dua, dari pengumuman yang ditempel di Konsulat. Ada beberapa berkas yang sama, jadi diperhatiin baik-baik supaya nggak double bawanya. Kalau double sebenarnya nggak apa-apa sih, tapi sayang aja kertasnya hahahaha
Dalam membuat formulir permohonan, saya pakai bahasa Indonesia dan ngisi lewat HP. Nggak tahu ini masalah di laptop saya aja atau gimana, tapi kalau via PC, saya nggak bisa ngelihat pilihan dari beberapa pertanyaan. Misal, jenis kelamin (female/male). Jawabannyau nggak bisa diketik sendiri, harus lewat tombol gulir ke bawah yang akan nampilin pilihan jenis kelamin tersebut. Itu masalahnya. Di PC, saya nggak bisa menekan tombol sehingga pilihan nggak muncul.
Pertama kali ngisi lewat HP juga, pas lagi ngetik, apa yang saya ketik jadi kacau. Setelah-setelahnya memang nggak terjadi lagi, tapi saat kekacauan itu terjadi, saya sedang mengetik tanpa caps lock otomatis. Akhirnya, meskipun udah nggak bermasalah lagi, berikut-berikutnya saya mengisi data dengan huruf dalam situasi keyboard di-caps lock.
.
.
Selain itu, saat mengisi nama, berhubung nama saya ya satu kesatuan tanpa ada istilah First Name, Family Name, sempat ada kesalahan yang menyebabkan saya disuruh ngeprint ulang 7 halaman formulir permohonan. Karena nama saya terdiri dari tiga kata (misal A B C), menurut panduan yang saya terima dari seseorang (tidak resmi), pengisiannya begini:
Family Name: C
Birth Name: B
First Name: A
Ehh ternyata salah karena kalau dibuat begitu, nama saya di lembar terakhir menjadi C, A. Padahal nama saya di dokumen resmi mestinya ada B-nya. Akhirnya, saya mengetik begini:
Family Name: C
Birth Name:
First Name: A B
Ada juga beberapa kolom yang nggak wajib diisi tapi diharuskan isi oleh petugas, yaitu (1) nomor KTP atau NIK, dan (2) kolom paspor yang tulisannya issued by dan issued in (dua-duanya saya tulis Medan).
.
.
discontinued, tapi semoga yang sedikit ini bermanfaat
Komentar
Posting Komentar