- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kali ini Miichan mau share fiction Miichan yang Miichan buat dalam waktu yang sangat singkat, 15 menit -_- Dan pasti abal. Oh ya, untuk nama karakternya, Miichan pinjam ya, Om Hajime Isayama (Shingeki no Kyojin's Owner)
Sedikit tentang fiksi Miichan ini. Bercerita tentang kisah asmara gadis remaja (you know-laah..) dan hubungan dengan kakak satu-satunya. Ini benar-benar fiksi, bukan kisah nyata, imajinasi Miichan sendiri (kecuali nama karakter). Rating T dan fanfiksi ini juga Miichan ikut sertakan dalam Segmen ke-2 Tiara "Writing Competition". Tapi karena Miichan rasa ini layak untuk dibaca umum, jadi Miichan share saja ya :) Selamat membaca ^^
Saat seseorang tengah menyukai seseorang yang lain, terkadang seseorang terpenting dalam hidupnya bisa dilupakan..
Karenanya, sebelum terlambat..
“Carla!”
Aku menoleh ke arah seseorang yang memanggilku, “Ya, Kak?”
Orang itu.. Bertubuh pendek, kepalanya sedikit botak, dan sifatnya sedikit kekanak-kanakan di hadapan teman-temannya. Banyak yang berkata bahwa aku lebih pantas untuk menjadi kakaknya. Yah, banyak faktor pendukung seperti gaya berbicara dan tinggi badanku yang berlevel di atasnya, begitu kata orang-orang.
“Mau ke mana ... ”
Aku berbalik dari arah cermin untuk menyejajarkan tubuhku dengannya. Sisir yang tadi aku pegang pun lekas aku letakkan di meja hiasku.
“... sampai berdandan seperti itu?”
“Oh, ini ... “ pipiku sedikit bersemu ketika hendak menjawabnya. “... Nanaba hari ini berulang tahun, Kak. Jadi, aku ingin ke rumahnya dan mengucapkan selamat ulang tahun,”
“Perempuan?”
“Eh?”
“Nanaba itu perempuan?”
“Dia ... “ aku menggigit bibirku sejenak. Begini-begini juga, kakakku ini cukup protektif dalam menyayangiku. Apalagi dalam hal seperti ini. Fuh. “... teman laki-lakiku, Kak,”
Mata Connie –nama kakakku– sedikit membesar mendengar jawabanku dan aku meringis, mencoba menenangkan kakakku. “Kami hanya teman, kok, Kak, s-sungguh,” Ya. Aku rasa aku harus berbohong.
“Baiklah,” jawab Connie akhirnya dengan nada sedikit ketus. “Tapi cepat pulang,”
“Pasti, Kak! Sudah dulu ya!”
~FORGOT~
Nanaba.
Dia adalah juara kelas di kelasku. Tubuhnya cukup tinggi –mungkin karena dia anggota basket–, wajahnya tidak buruk, ucapannya lembut, dan dia adalah idola dari hampir semua teman sekelasku.
Dan .. dia yang kemarin menembakku dengan mukanya yang bersemu.
~FORGOT~
Aku mengetuk pintu rumahnya.
“Sebentar,” Pintu dibuka oleh sosok wanita yang kira-kira berusia 40 tahun. Ia memiliki mata dan rambut yang mirip dengan Nanaba. “Eh? Mencari Nanaba, ya?”
“I-Iya, Bu,” balasku. Apa Ibu ini adalah Mama Nanaba? Apa ia sudah tahu kalau aku dan Nanaba ...
“Nanaba tadi pergi ke taman ria bersama pacarnya,”
... aku dan Nanaba ...
“Apa?” gumamku pelan.
“Nak?”
“O-Oh, iya, terima kasih, Bu! Saya pamit dulu!”
~FORGOT~
Langit yang mendadak menjadi keabuan. Kilat-kilat tipis mulai terlihat, dengan beberapa kali terdengar sambaran petir. Sudah sekitar 2 jam aku di sini. Diam di sini, duduk di ayunan taman. Sampai akhirnya aku merasakan air yang mulai mengalir di rambutku.
Hujan.
Tapi tubuhku tetap tidak bisa dan tidak mau bergerak, meskipun air juga telah mulai membasahi pakaianku.
Tapi tubuhku tetap tidak bisa dan tidak mau bergerak, meskipun air juga telah mulai membasahi pakaianku.
“Carla?”
Tanpa aku sadari, air mata ikut mengalir dari sudut mataku dan jatuh dengan manis, menetes dari daguku. Ini belum sampai 1 minggu, tapi kenapa? Aku memejamkan mataku.
Apa semua laki-laki memang seperti itu?
Saat aku sadari bahwa setiap laki-laki yang pernah ada untukku selalu meninggalkanku dengan kasar.
Bahkan Ayahku pun, yang meninggalkanku dan Kakak setelah Ibu meninggal dengan seenaknya.
Apa? Terasa ada tangan yang menggoyang-goyangkan bahuku dengan keras.
"Carla!"
“Ah,”
Aku membuka mataku dan melihat sosok Connie yang sedang memayungiku. Wajahnya terlihat khawatir.
“Kau sedang apa di sini? Katanya mau ke rumah Na- Ah, siapa tadi namanya?”
“Tidak jadi, Kak,”
“Kenapa?”
“Tidak apa-apa, Kak,”
“Dia meninggalkanku begitu saja, ya?”
“Eh?”
“Dia pacarmu kan? Lalu dia meninggalkanmu kan?”
“A-“
“Kau selalu seperti itu dari dulu. Aku sudah tahu tanpa kau mengatakannya,” Connie menyerahkan payung hijau itu ke tanganku. Kemudian duduk dengan bertumpu pada lutu kanannya, lalu menghapus setetes air mata yang masih tersisa di ekor mataku dengan ibu jarinya. “Perlu aku menghajarnya?”
“...”
Aku hanya terdiam. Kakakku selalu tahu tentang aku. Karena dia telah selalu bersamaku selama 14 tahun lamanya. Dan dia selalu menyayangiku. Satu-satunya laki-laki yang sayang dengan tulus padaku, dengan caranya sendiri. Kenapa.. aku lupa?
“Kakak,”
Aku memeluknya erat di bawah hujan ini. Orang yang melihat mungkin akan berpikir aneh-aneh. Tapi asal mereka tahu, bahwa aku bahagia memiliki kakak seperti Connie.
“Apa Kakak punya pacar?” bisikku pelan.
“Eh? Tidak ada,” Kakakku memainkan rambut belakangku, membiarkan aku mendekapnya dengan erat.
“Kalau begitu, tolong!” Air mata yang kembali mengalir ini akan membuktikan semuanya, penyesalanku kepadanya. “Tolong jangan memiliki gadis lain. Tolong, selalu ada hanya untukku, Kak!”
Terdengar dengan jelas suara nafas tercekat milik kakakku ini.
Terdengar dengan jelas suara nafas tercekat milik kakakku ini.
Aku tidak mendengar jawaban dari Connie setelah itu. Aku juga tidak tahu bagaimana ekspresinya setelah mendengar permohonanku barusan. Tapi kemudian, ia memaksa melepas diri dari pelukanku.
“Kakak?”
“Tak usah kau minta pun, aku juga tahu bahwa hanya aku yang akan sedia dan harus selalu untukmu, Carla,” jawab Connie dengan ke dua tangannya di pundakku sambil tersenyum keren. Biarpun kepalanya hampir botak, tetapi senyuman keren itu menghapus semuanya. Mataku sedikit membesar dan aku ikut tersenyum lebar.
“Terima kasih!”
Berkali-kali pun akan ada laki-laki yang aku sukai lagi. Aku akan berjanji untuk tidak pernah melupakan laki-laki yang satu ini. Yang selalu sayang dan ada untukku.
Kakakku.
Connie.
Langit yang kembali biru dengan sinar matahari yang cerah menunjukkan tampilannya. Seketika, entah kenapa, air hujan seperti ditarik kembali oleh Tuhan. Kicauan burung pipit mulai terdengar riuh. Menandai sore hari yang cerah dan damai telah kembali.
“Carla, ayo pulang,”
“Iya, Kak,”
Untuk hari ini, esok, dan seterusnya.
Hal ini tidak akan pernah aku lupakan.
TAMAT
Bagaimana? Menarikkah?
Semoga pada suka dan dapat mengambil kesimpulan + makna yang ada di dalam fiksi Miichan yang satu ini ya :) Bahwa saudara adalah sosok yang penting, sayangi dan jangan sampai dilupakan :D *Miichanbijak
Sekian ^^
Miichan
Wa... Keren.. :'D
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar ^^ Datang lagi ya ^^)/
Hapuswahh.. FF'a sedih ya.. Shacchi terharu QAQ
BalasHapusIya :3 Ccie yang terharu, mah, beda ya, Shacchi? xD
HapusMakasih ya udah berkomentar, datang lagi ^^)/